Ketika  melihat sebuah acara kuis di televisi, ada pertanyaan yang menarik.  Darimanakah kesenian bambu gila berasal? Hanya sebagian kecil peserta  yang mampu menjawab dengan benar, Maluku. Penasaran juga dengan jenis  kesenian ini. berikut hasil telusuran saya tentang bambu gila. Simak ya!
Bambu Gila merupakan atraksi tradisional masyarakat kepulauan Maluku yang paling antik. Kesenian ini disebut pula dengan nama Buluh Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu dan Desa Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.
Bambu Gila merupakan atraksi tradisional masyarakat kepulauan Maluku yang paling antik. Kesenian ini disebut pula dengan nama Buluh Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu dan Desa Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.
Permainan  tradisional ini biasanya dipertunjukkan para pemuda desa pada  acara-acara tertentu. Untuk melakukannya, perlu tujuh pemain lelaki yang  harus berbadan sehat serta kuat. Yang paling penting, harus didampingi  seorang pawang.
 
 Sebelum  permainan dimulai, disiapkan terlebih dahulu sebatang bambu suanggi  dengan panjang sekitar 2,5 meter dan diameter 8 cm. Bambu ini dipotong  menjadi 7 ruas yang tiap ruas akan dipeluk oleh seorang pemain.  Perlengkapan lain yang perlu disiapkan berupa kemenyan atau jahe.  Kemenyan digunakan untuk pertunjukan bambu gila yg besar sementara jahe  untuk pertunjukan bambu gila yang kecil. Dari sini, sudah terbayang  aroma mistis pada atraksi bambu gila.
Pertunjukkan  diawali dengan berdoa kepada Tuhan. Sang pawang lalu membakar kemenyan  di atas tempurung kelapa sambil membaca mantra. Mantra diucapkan dalam  bahasa Tanah, salah satu bahasa tradisional Maluku. Asap kemenyan tadi  digunakan untuk melumuri bambu yang akan digunakan. Jika menggunakan  jahe, jahe dipotong jadi tujuh bagian kemudian dikunyah oleh pawang  sambil baca mantra lalu disemburkan ke bambu. Fungsi dari kemenyan atau  jahe ini sama yaitu untuk manggil roh para leluhur agar memberikan  kekuatan magis ke bambu tersebut.
Selesai  memberi mantra pada bambu tersebut, si pawang lantas berteriak “gila,  gila, gila”. Atraksi bambu gila pun dimulai. Para penari akan bergerak  dengan lincah mengikuti gerakan bambu gila. Bahkan, tubuh pemain akan  terombang-ambing bahkan sampai terjatuh bangun karena gerak liar si  bambu gila. Mereka akan membuat gerakan rangkaian dan saling mengaitkan  tangan, dengan kelincahan gerakan kaki yang meliputi berjalan, melompat  maupun berlari mengikuti suara musik yang dinamis. Atraksi bambu gila  berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Yang  unik dari pertunjukan ini, kekuatan magis bambu gila tidak hilang begitu  saja sebelum diberi makan api yang dibuat dari kertas yang dibakar.
 
 Kini  tari itu hampir punah, dan hanya tinggal gerakan-gerakannya yang diubah  menjadi tari lincah dengan gerakan kaki serta bulu (bambu) yang didekap  kedua tangan. Gerak itu menandakan kesatuan dan persatuan dalam  masyarakat. Gerakan yang kompak dan seirama ini sebenarnya merupakan  lambang dari semangat gotong royong, yaitu membangkitkan jiwa persatuan  dan kesatuan dalam melaksanakan berbagai segi hidup, yang adalah  gambarang dari jiwa kegotong-royongan atau “Masohi” yang adalah budaya  masyarakat Maluku sejak dulu kala.
Tarian  tradisional asal Maluku ini, beberapa waktu lalu terpilih sebagai  materi utama bagi Tim Kesenian Maluku dalam Festival Tradisional Tari  Tradisi Indonesia Tahun 2008 yang berlangsung tanggal 4-8 Juni 2008 lalu  di Jakarta Convention Center (JCC). 
source: http://berita.arentin.info/tarian-bambu-gila.html 

 





No comments:
Post a Comment